Rabu, 20 April 2011

NEGERI BAHAGIA

wahai pemilik bahagia ...
mungkin disaat orang-orang tertidur lelap aku masih berusaha untuk menakhlukan mataku
ketika orang-orang bermimpi indah, bagiku malah mimpi-mimpi indah itu telah mengganggu tidurku yang seharusnya pulas, mimpi-mimpi indah itu telah membuaiku pada harapan-harapan yang memang buaian belaka atau mungkin telah menghanyutkanku terlalu jauh hingga tanpa ku sadari aku telah lelah dengan mimpi itu ...



aku ingin menjadi matahari, sementara engkau ingin menjadi bulan ...
aku matahari dengan sinarku yang panas,menggersangkan setiap pepohonanmu yang kau tanami dan slalu berharap tumbuh kuntum-kuntum ranum
engkau bulan dengan kesejukan cahayamu hiasai setiap kegelapan malam, tak sanggup cahayaku tuk merusaknya
aku matahari dengan siangku, hanya cerita duka melulu, kecongkakan, carut marut berbaur disini
engkau bulan dengan malammu, hantarkan makhluk Tuhan dalam istirahat yang damai melayari singgasana tidur, dan cerita dari senyum ke senyum
matahari, bulan begitu jauh berbeda dan tak mungkin mereka bersatu
jika aku matahari, dan engkau bulan juga tak mungkin kita bersatu
tapi aku bukanlah matahari dan engkau bukanlah bulan tapi kita tetap tak mungkin bersatu ....
demikian aku ingat dalam catatan seorang teman ...

ada awal, ada akhir ...
setiap yang berawal pasti berakhir ...
ketika berniat mengawali tak pernah berniat mengakhiri ...
tapi setiap ada awal memang harus ada akhir
berani mengawali juga harus berani mengakhiri ...
telah ku cari awal yang takkan pernah berakhir ...
tapi yang namanya awal tetap saja berakhir ...
wahai pemilik bahagia, temukan aku dengan awal yang tiada berakhir ...


waktu membawaku berlalu hingga ke malam ini,
sesal menghentikan langkahku hingga aku tak kuat hadapi malam ini
untuk apa bertanya jika orang yang kutanya menjawab dengan pertanyaan !
untuk apa menasehati jika nasehat tanpa solusi
untuk apa bersama jika bersama hanya membebani
untuk apa mencita jika tidak mencinta akan lebih tenang
untuk apa membenci jika membeci lebih menyakitkan

wahai pemilik bahagia, engkau pernah menjanjikan ku tentang cerita bahagia dan aku telah mendengarkannya tapi itu hanya sekedar cerita sedangkan aku tidak merasakan apa-apa, engkau pernah menjanjikanku tentang masa bahagia dan aku telah merasakannya tapi itu hanya sebentar saja, mengapa engkau tak janjikan saja aku negeri bahagia lalu aku tinggal disana, dan menceritakan cerita bahagia, menikmati masa bahagia malam ini dan selamanya ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar